v PENGERTIAN
PENALARAN INDUKTIF
Berpikir Induktif
Pikiran adalah gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan
seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan
terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan.
Induktif
Induktif adalah salah satu metode berpikir, induktif adalah metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum
yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang
belum diteliti.
Definisi
Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang
diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi
adalah bentuk dari metode berpikir induktif. Untuk berpikir induktif dalam
bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal khusus untuk sampai pada
suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan
proses penalaran sebagai berikut :
1. Langkah pertama adalah mengumpulkan fakta-fakta
khusus.
2. Langkah kedua adalah perumusan hipotesis.
3. Langkah ketiga adalah mengadakan verifikasi.
4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum
ilmiah berdasarkan hasil verifikasi.
v Hipotesis dan Teori
Hipotesis
Secara bahasa
hipotesis berasal dari dua kata, yaitu hypo artinya sebelum
danthesis artinya pernyataan atau pendapat. Secara istilah hipotesis
adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui
kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Karena
hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya.
Dalam
penggunaannya sehari-hari hipotesa ini sering juga disebut dengan hipotesis,
tidak ada perbedaan makna di dalamnya.
Ketika berfikir
untuk sehari-hari, orang sering menyebut hipotesis sebagai sebuah anggapan,
perkiraan, dugaan, dan sebagainya. Hipotesis juga berarti sebuah pernyataan
atau proposisi yang mengatakan
bahwa diantara sejumlah fakta adahubungan tertentu. Proposisi inilah yang akan membentuk
proses terbentuknya sebuah hipotesis di dalam penelitian,
salah satu diantaranya yaitu Penelitian
sosial.
Proses pembentukan
hipotesis merupakan sebuah proses penalaran, yang melalui tahap-tahap tertentu. Hal demikian
juga terjadi dalam pembuatan hipotesis ilmiah, yang
dilakukan dengan sadar, teliti, dan terarah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
sebuah Hipotesis merupakan satu tipe proposisi yang langsung dapat diuji.
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan
batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
2. Mensiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang kadangkala hilang begitu
saja dari perhatian peneliti.
3.
Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta
yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan
menyeluruh.
4. Sebagai panduan
dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.
- Ciri Hipotesis Yang Baik
Perumusan
hipotesis yang baik dan benar harus memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Hipotesis harus
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan deklaratif, bukan kalimat
pertanyaan.
2. Hipotesis berisi
penyataan mengenai hubungan antar paling sedikit dua variabel penelitian.
3. Hipotesis harus
sesuai dengan fakta dan dapat menerangkan fakta.
4. Hipotesis harus
dapat diuji (testable). Hipotesis dapat duji secara spesifik menunjukkan
bagaimana variabel-variabel penelitian itu diukur dan bagaimana prediksi
hubungan atau pengaruh antar variabel termaksud.
5. Hipotesis harus
sederhana (spesifik) dan terbatas, agar tidak terjadi kesalahpahaman
pengertian.
Beberapa contoh hipotesis penelitian yang memenuhi
kriteria yang tersebut di atas:
1. Olahraga teratur
dengan dosis rendah selama 2 bulan dapat menurunkan kadar gula darah secara
signifikan pada pasien IDDM.
2. Pemberian
tambahan susu sebanyak 3 gelas per hari pada bayi umur 3 bulan meningkatkan
berat badan secara signifikan.
- Jenis-Jenis Hipotesis
Penetapan
hipotesis tentu didasarkan pada luas dan dalamnya serta mempertimbangkan sifat
dari masalah penelitian. Oleh karena itu, hipotesispun bermacam-macam, ada yang
didekati dengan cara pandang: sifat, analisis, dan tingkat kesenjangan yang
mungkin muncul pada saat penetapan hipotesis.
Hipotesis
penelitian dapat berupa hipotesis dua-arah dan dapat pula berupa hipotesis
satu-arah. Kedua macam tersebut dapat berisi pernyataan mengenai adanya
perbedaan atau adanya hubungan.
Contoh hipotesis
dua arah:
1. Ada perbedaan
tingkat peningkatan berat badan bayi antara bayi yang memperoleh susu tambah 3
gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan ganda.
2. Ada hubungan
antara tingkat kecemasan dengan prestasi belajar siswa.
Hipotesis
dua-arah memang kurang spesifik, oleh karena itu perlu diformulasikan dalam
hipotesis satu-arah. Contoh:
1. Terdapat
perbedaan peningkatan berat badan bayi yang signifikan antara bayi yang
memperoleh susu tambah 3 gelas dari ibu yang berperan ganda dan tidak berperan
ganda.
2. Ada hubungan
yang cukup kuat antara tingkat kecemasan siswa dengan prestasi belajar siswa.
-
Hipotesis dalam penelitian
Penggunaan hipotesis dalam suatu penelitian didasarkan pada masalah atau tujuanpenelitian.
Dalam masalah atau tujuan penelitian tampak apakah penelitianmenggunakan
hipotesis atau tidak. Contohnya yaitu Penelitian eksplorasi yang
tujuannya untuk menggali dan mengumpulkan sebanyak mungkin data atau informasitidak
menggunakan hipotesis. Hal ini sama dengan penelitian deskriptif, ada yang berpendapat
tidak menggunakan hipotesis sebab hanya membuat deskripsi atau mengukur secara
cermat tentang fenomena yang diteliti tetapi ada juga yang menganggap
penelitian deskriptif dapat menggunakan hipotesis. Sedangkan, dalam penelitian
penjelasan yang bertujuan menjelaskan hubungan antar-variabel adalah
keharusan untuk menggunakan hipotesis. Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian,
yaitu:
1. Untuk menguji
teori
2. Mendorong
munculnya teori,
4. Sebagai pedomanuntuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
- Tahap-tahap
pembentukan hipotesis secara umum
tahap-tahap
pembentukan hipotesa pada umumnya sebagai berikut:
a.
Penentuan
Masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah
yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak
atau tidak dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua
kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer,observasi tidak
akan terarah. Fakta yang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan
dengan masalahyang
dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. Pengumpulan fakta. Dalam
penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevandengan hipotesa preliminer
yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
b. Formulasi Hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas
menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa semua
benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
denganhukum gravitasi.
c.
Pengujian
hipotesa.
artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam
istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Terjadi falsifikasi(penyalahan) jika
usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan hipotesa,
dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh fakta
yang dinamakankoroborasi(corroboration).
Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
d. Aplikasi/penerapan
apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah
disebut prediksi), dan ramalan itu harus
terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat diverifikasikan/koroborasikan
dengan fakta.
Teori
Teori adalah
serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan
yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel,
dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah.
Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya.
Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena
tertentu misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah lakuhewan. Sering kali,
teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan. Misalnya : apabila kucing
mengeong berarti minta makan.
-
Hubungan antara hipotesis dengan teori
Hipotesis ini
merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas
suatu masalah dan
kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis
menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabelyang di
dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan
dalam kerangka teoritis.
Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan
tinjauan literatur yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
Oleh karena
itu teori yang
tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban
sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif peneliti
menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis
yang diturunkan dari teori.
MACAM-MACAM
PENALARAN INDUKTIF
1) GENERALISASI
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan
secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang
dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.
Contoh:
Generalisasi juga di sebut induksi tidak sempurna ( lengkap ). Guna menghindari generalisasi yang terburu – buru, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di capai. Jadi kita harus mencari jalan yang lebih prakis guna membuat generalisasi yang sah.
Generalisasi juga di sebut induksi tidak sempurna ( lengkap ). Guna menghindari generalisasi yang terburu – buru, Aristoteles berpendapat bahwa bentuk induksi semacam ini harus di dasarkan pada pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan, tapi semacam ini jarang di capai. Jadi kita harus mencari jalan yang lebih prakis guna membuat generalisasi yang sah.
Tiga
cara pengujian untuk menentukan generalisasi:
a) Menambah jumlah
kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka
harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi (mencapai
probabilitas).
b) Hendaknya
melihat adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok
yang di periksa.
c) Apabila ada
kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan
melancarkangeneralisasi?
2)
ANALOGI
Pemikiran ini berangkat dari suatu
kejadian khusus ke suatu kejadian khususnya lainnya, dan menyimpulkan bahwa apa
yang benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain.
Contoh:
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa dengan istilah - istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
Sartono sembuh dari pusing kepalanya karena minum obat ini.
Pengetahuan secara analogis adalah suau metode yang menjelaskan barang – barang yang tidak biasa dengan istilah - istilah yang di kenal ide – ide baru bisa di kenal atau dapat di terima apabila di hubungkan dengan hal – hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Analogi Induktif adalah suatu cara berfikir yang di dasarkan pada persamaan yang nyata dan terbukti. Jika memiliki suatu kesamaan dari yang penting, maka dapat di simpulkan serupa dalam beberapa karakteristik lainnya. Apabila hanya terdapat persamaan kebetulan dan perbandingan untuk sekedar penjelasan, maka kita tidak dapat membuat suatu kesimpulan.
3) HUBUNGAN KAUSALITAS
Berupa sebab sampai kepada kesimpulan yang merupakan akibat atau sebaliknya. Pada umumnya hubungan sebab akibat dapat berlangsungdalam tiga pola, yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Namun, pola yang umum dipakai adalah sebab ke akibat dan akibat ke sebab.
Ada 3 jenis hubungan kausal, yaitu:
(1). Hubungan sebab-akibat.
Yaitu dimulai dengan mengemukakan
fakta yang menjadi sebab dan sampai kepada kesimpulan yang menjadi akibat. Pada
pola sebab ke akibat sebagai gagasan pokok adalah akibat, sedangkan sebab
merupakan gagasan penjelas.
Contoh: Anak-anak berumur 7 tahun
mulai memasuki usia sekolah. Mereka mulai mengembangkan interaksi social
dilingkungan tempatnya menimba ilmu. Mereka bergaul dengan teman-teman yang
berasal dari latar belakang yang berbeda. Dengan demikian, berbagai karakter
anak mulai terlihat karena proses sosialisasi itu.
(2). Hubungan akibat-sebab.
Yaitu dimulai dengan fakta yang menjadi akibat,
kemudian dari fakta itu dianalisis untuk mencari sebabnya.
Contoh:
Dalam bergaul anak dapat berprilaku aktif.
Sebaliknya, ada pula anak yang masih malu-malu dan selalu dan mengandalkan
temannya. Namun, tidak dapat di pungkiri jika ada anak yang selalu mambuat
ulah. Hal ini disebabkan oleh interaksi sosial yang dilakukan anak ketika memasuki
usia sekolah.
(3). Hubungan sebab-akibat1-akibat2
Yaitu dimulai dari suatu sebab yang dapat
menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang
menimbulkan akibat kedua. Demikianlah seterusnya hingga timbul rangkaian
beberapa akibat.
Contoh: Mulai tanggal 2 april 1975 harga berbagai
jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, diesel,
minyak pelumas, dan lain-lainnya dinaikan harganya, karena pemerintah ingin
mengurangi subsidinya, dengan harapan supaya ekonomi Indonesia makin wajar.
Karena harga bahan baker naik, sudah barang tentu
biaya angkutanpun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang pasti
akan ikut naik, karena biaya tambahan untuk transport harus diperhitungkan.
Naiknya harga barang akan terasa berat untuk rakyat. Oleh karena itu, kenaikan
harga barang dan jasa harus diimbangi dengan usaha menaikan pendapatan rakyat.
4. PERBANDINGAN INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI
4. PERBANDINGAN INDUKSI DALAM METODE EKSPOSISI
Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Pertanyaan dan
Jawaban:
1. Metode yang
digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum disebut
dengan…
a. Deduktif
b. Induktif*
c. Generalisme
d. Hipotesis
2. Hipotesis adalah…
a. Salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
b. Suatu kejadian
khusus ke suatu kejadian khususnya lainnya, dan menyimpulkan bahwa apa yang
benar pada yang satu juga akan benar pada yang lain.
c. Penalaran
induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.
d. Suatu pernyataan
yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan
untuk diuji dalam kenyataan empiris.*
3. Penentuan
masalah, formulasi hipotesa, pengujian hipotesa dan aplikasi/penerapan adalah
termasuk…
a. Ciri;ciri
hipotesis
b. Macam-macam
hipotesis
c. Jenis-jenis
hipotesis
d. Tahap-tahap
hipotesis*
4. Penalaran
induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data
disebut dengan…
a. Hipotesis
b. Generalisme*
c. Hubungan kasualitas
d. Analogi
5. Salah satu jenis
pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan
untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat. Disebut…
a. Eksposisi*
b. Teori
c. Generalisme
d. Tidak ada
jawaban yang benar
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar